Top Navigation Example 3.0

Pohon jati

Pohon jati

Pohon jati

user image tanaman 2021-03-01 17:23:47

Pohon jati dengan nama ilmiah Tectona grandis Linn. f merupakan pohon penghasil kayu berkualitas tinggi. Dalam bahasa Inggris, pohon yang dikenal dengan nama “teak” ini menghasilkan kayu jati yang sangat kuat dan awet yang banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia, misalnya bahan baku furniture, serta struktur bangunan.

Kayu jati merupakan komoditas kehutanan andalan berbagai daerah di Indonesia, seperti Blora, Jepara, Grobogan, Pati dan Sragen yang memiliki beberapa sentra pengrajin meubel berbahan kayu jati.

Pohon jati dengan mutu terbaik biasanya diperoleh dari pohon yang usianya lebih dari 80 tahun. Dengan kata lain, semakin tua pohon jati maka akan menghasilkan kualitas jati yang lebih baik.

Jati yang juga dikenal dengan nama “teak” dalam bahasa Inggris merupakan serapan dari kata “thekku” dalam bahasa Malayalam, yaitu bahasa dari Kerala, India bagian Selatan

Morfologi Pohon Jati

Pohon jati dapat tumbuh mencapai diameter 1,8 meter hingga 2,4 meter dengan ketinggian mencapai 40 meter hingga 45 meter, serta tinggi bebas cabang sekitar 20 meter hingga 25 meter. Batang jati tumbuh tegak lurus dengan bentuk silindris dan tipe percabangan tetragonal. Kulit jati berwarna kuning keabuan dan berstruktur retak atau pecah dangkal dengan alur memanjang batang.

Daun jati berbentuk bulat telur terbalik dan menempel pada batang secara berpasangan. Permukaannya ditumbuhi bulu halus pada sisi atas serta bawah. Pada musim kemarau, daun pohon jati akan berguguran atau bersifat meranggas.

Pohon jati mempunyai bunga biseksual yang akan berbunga pada musim penghujan atau sekitar bulan Oktober sampai November di pulau Jawa. Buah jati berbentuk drupe dan termasuk dalam biji orthodoks yang dapat dipanen pada bulan Mei hingga September.

Habitat

Pohon jati cocok tumbuh di kawasan iklim tropis di Indonesia. Iklim tropis yang memiliki kondisi dan cuaca dengan curah 1200 hingga 1300 mm per tahun dan kelembaban 60% hingga 80% sangat mendukung bagi pertumbuhan jati.

Ketika memasuki musim kemarau dengan kondisi curah hujan yang menurun, daun-daun jati akan berguguran. Pada daerah yang mengalami kemarau panjang, pohon jati yang tumbuh akan memiliki lingkaran tahun yang bernilai artistik dan estetika tinggi.

Ketinggian ideal bagi pertumbuhan jati ialah 700 mdpl. Tanah yang sesuai bagi tanaman jati adalah tanah berkadar pH 6-8, aerasi yang baik, serta mengandung kapur dan fosfor, seperti jenis tanah lempung, lempung berpasir, dan liat berpasir.

Di Indonesia, pohon jati umumnya tumbuh subur di hutan dataran rendah, hutan dataran tinggi, hutan pegununganhutan tanaman industri, lahan kering tidak produktif, lahan basah tidak produktif, dan lahan perkebunan.

Sifat Ekologis dan Sebaran Pohon Jati

Jati tersebar di hutan-hutan gugur mulai dari India, Myanmar, Laos, Kamboja, Thailand, Indochina hingga ke Jawa. Menurut pendapat beberapa ahli botani, spesies jati berasal dari Burma yang kemudian menyebar ke Semenanjung India, Thailand, Filipina, dan Jawa. Selain pendapat mengenai asal pohon jati tersebut, pendapat ahli botani lain menyatakan bahwa jati berasal dari Burma, India, Thailand dan Laos.

Saat ini, kebutuhan akan kayu jati dunia sekitar 70% dipenuhi oleh Burma dan sisanya berasal dari hutan jati di India, Thailand, Jawa, Srinlanka dan Vietnam.

Berdasarkan letak geografis, pohon jati tumbuh menyebar di daerah Asia Selatan dan Asia Tenggara pada rentang 9° – 25° 30? LU dan 73° – 104° 30? BT.

Jati yang tumbuh di Indonesia bukanlah tumbuhan alami, melainkan sengaja ditanam dan berasal dari India. Ketika pemerintahan Belanda, pohon jati pertama kali di tanam di Pulau Kangean, Muna, Sumbawa, hingga pada akhirnya menyebar ke berbagai daerah seperti Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Jati juga pernah dicoba ditanam di daerah Kalimantan Selatan, akan tetapi mati pada umur dua tahun karena lahan tanamnya memiliki tanah terlalu asam.

Karena kayu jati mempunyai nilai ekonomis tinggi, tanaman jati kini mulai dikembangkan di negara kawasa Afrika, Amerika tengah, Australia, Selandia Baru, Taiwan dan negara-negara Pasifik.

Status Kelangkaan

Permintaan besar akan bahan baku kayu jati untuk industri perkayuan menyebabkan semakin mahalnya harga kayu jati. Pertumbuhan pohon jati yang memerlukan waktu lama berdampak pada ketersediaan kayu jati di pasaran.

Meski belum masuk dalam kategori langka, timbul kekhawatiran bahwa di masa yang akan datang keberadaan pohon jati akan semakin langka.

Kayu yang dihasilkan dari tumbuhan jati merupakan kayu dengan kualitas tinggi yang termasuk dalam kelas awet I – II dan kelas kuat I – II yang tidak dimiliki kayu lain dari pohon pinus atau jati belanda dan pohon sengon. Kayu jati memiliki berat jenis 0,62 hingga 0,75 dengan karakteristik stabil, kuat, dan tahan lama

Sifat unggul dari kayu jati menjadikannya primadona dan pilihan utama bahan baku furniture dan bahan bangunan. Kayu jati memiliki ketahanan dari serangan jamur dan rayap karena mengandung zat ekstraktif alami berupa tectoquinon yang tidak disukai oleh hama perusak

Di dunia perdagangan kayu, kayu jati termasuk kayu mewah yang mempunyai nilai estetika tinggi. Kayu terasnya berwarna cokelat kekuningan, serta kayu gubalnya berwana putih kekuningan atau cokelat kuning muda. Selain itu, kayu jati juga memiliki corak tegas dan indah, serta serat lurus bergelombang.

Manfaat Kayu Jati

Sifat kayu jati yang kuat, awet, dan stabil cocok digunakan sebagai bahan pembuatan perkakas rumah tangga, seperti meja, kursi, almari, kusen, berbagai macam ukiran dan sebagainya.

Masyarakat Jawa telah memanfaatkan kayu jati sejak dahulu, hal ini dapat dilihat dari rumah-rumah tradisional Joglo yang menggunakan kayu jati untuk struktur tiang, rangka, atap, serta dinding rumah.

Kayu jati juga dapat diolah menjadi veneer untuk melapis permukaan kayu lapis, serta parquet atau penutup lantai. Bagian ranting pohon jati dapat digunakan sebagai kayu bagar kelas I karena menghasilkan panas yang tinggi. Penggunaan kayu jati juga digunakan pada konstruksi jembatan, bantalan rel kereta, serta kapal laut pada masa lampau.

Bagian daun jati hingga saat ini masih dimanfaatkan untuk membungkus makanan, seperti nasi jamblang dan nasi pecel. Kelebihan dari makanan yang dibungkus dengan daun jati adalah aroma khas jati yang ikut berbaur dengan makanan. Selain itu, daun jati juga digunakan oleh masyarakat Yogyakarta untuk pewarna gudeg.

Sumber :  rimbakita.com/ 



-

view -
comments -
like -